kritik sastra marxisme

Pendahuluan
Kritik sastra Marxis didasarkan pada teori politik dan ekonomi filsuf berkebangsaan Jerman, Karl Marx. Pada karya The German Ideology and The Communist Manifesto (Ideologi Jerman dan Manifesto Komunisme), yang ditulis bersama Frederich Engels, Marx menawarkan suatu model historis di mana kondisi-kondisi politik dan ekonomi mempengaruhi kondisi-kondisi sosial. Marx dan Engels menanggapi ketimpangan sosial yang terjadi karena perkembangan Kapitalisme. Secara khusus, teori-teori mereka terbentuk untuk menganalisa bagaimana fungsi masyarakat di dalam keadaan revolusi dan perubahan yang konstan (terus-menerus).

Perspektif Materialis pada Sejarah
Marx dan Engels menggunakan teori dialektika Hegel yang menyatakan bahwa sejarah berlangsung melalui resolusi atas pertentangan di dalam beberapa aspek realitas tertentu dan keduanya mengedepankan deskripsi para materialis tentang sejarah yang berpusat pada pergolakan dan penekanan pada masyarakat. Karena masyarakat membentuk model-model produksi yang rumit, mengakibatkan peningkatan stratifikasi dan ketegangan yang terjadi dan menyebabkan perubahan di dalam masyarakat. Contohnya ialah penggunaan mesin-mesin berat ke dalam sistem ekonomi feodal telah menyebabkan timbulnya struktur sosial dan pergerakan ke arah Kapitalisme.

Dasar dan bentuk superstruktur
Di dalam dialektika sejarah Marx terdapat gagasan yang menyatakan bahwa kehidupan sosial individu dipengaruhi kekuatan politik dan ekonomi. Marx menulis, “bukan kesadaran manusia yang mebentuk realita, tetapi, sebaliknya, realitas sosial yang membentuk kesadaran.” Secara sederhana, kelas sosial seseorang terlahir berdasarkan sudut pandangnya.
Marx, kemudian, memperluas konsep determinasi tersebut sebagai konsep sentral Marxisme—yaitu sistem dasar dan superstruktur. Sistem dasar adalah sistem ekonomi dimana superstruktur berada; aktivitas cultural—termasuk filsafat dan literatur—adalah bagian superstruktur. Pada kritik Marxis, sistem dasar ekonomi masyarakat membentuk atau mempengaruhi kecenderungan dan corak literatur; ini merupakan relasi antara pengaruh sistem dasar dan superstruktur yang keduanya merupakan inti kritik Marxis.

Ideologi
Menurut Marx, karena superstruktur ditentukan oleh nilai dasar, maka bisa dipastikan ia menyokong ideologi-ideologi nilai dasar tersebut. Ideologi-ideologi adalah beberapa ide, gagasan dan kecenderungan yang merubah dan didapat individu melalui kehidupan bermasyarakat. Ia menampilkan nilai-nilai dan gagasan dominan sebagai sistem kepercayaan masyarakat secara keseluruhan, dan juga mencegah individu memandang bagaimana sebenarnya fungsi masyarakat. Literatur, sebagai produk budaya, adalah suatu bentuk ideologi, yang memperkuat kekuasaan kelas atas. Sebagai contoh, pada abad ke-18, literatur telah digunakan oleh sekelompok golongan berbahasa Inggris kelas atas untuk menunjukkan dan memperlihatkan sistem nilai dominan kepada golongan yang lebih rendah.

Georg Lukacs dan Realis Sosial
Ada banyak perbedaan pendapat antarkritikus sastra Marxist berkaitan dengan hubungan antara ideologi dan literatur. Karena sejak adanya karya Marx, teoritikus dan Realis sosial Soviet/Rusia, Georg Lukacs, dan Louis Althusser secara berangsur-angsur telah memodifikasi atau memperluas konsep awal Marx. Realis sosial Soviet percaya bahwa ideologi sebagai bagian superstruktural (bangunan struktural), harus sesuai dan berlandaskan pada nilai dasar ekonomi masyarakat. Menurut mereka, literatur haruslah secara jelas mencerminkan nilai dasar ekonomi sebab ia tidak akan berfungsi ketika bernaung di luar nilai dasar yang sudah jelas atau model superstruktural. Sebagaimana realis sosial dan kritikus Georg Lukacs yang merasakan bahwa hanya format fiksi realistis yang secara artistik dan politis lebih sah dan valid. Tetapi Lukacs dan para realis sosial memiliki perspektif yang terbatas. Mereka tidak sadar telah menyimpang keluar dengan karya mereka termasuk pembacaan literal tentang sistem nilai dan bentuk superstruktural.
Hal ini sangat meragukan bahwa Marx dan Engels menggunakan pendekatan deterministik pada literatur. Di dalam karya mereka, literatur bukanlah melulu suatu refleksi pasif dari dasar-dasar ekonomi. Meskipun mereka mengakui literatur tidak bisa merubah sistem dan masyarakat dengan sendirinya, mereka menganggap bahwa literatur dapat menjadi unsur aktif dalam beberapa perubahan.

Antonio Gramsci
Teoritikus Italia, Antonio Gramsci dengan konsep hegemoninya, mempertimbangkan untuk melakukan pembacaan yang fleksibel pada model sistem dasar dan superstruktur. Gramsci percaya bahwa ideologi tidak dapat menjelaskan tingkatan manusia di dalam menerima nilai-nilai dominan. Dia juga menyadari, dengan kritisi Marxis lainnya bahwa model sistem dasar dan superstruktur sangalah kaku untuk meliputi produk-produk budaya yang tidak menggunakan nilai-nilai dominan.
Sejalan dengan hal tersebut, gagasan hegemoni Gramsci adalah suatu kelanjutan konsep di balik ideologi. Hegemoni adalah sejenis penipuan di mana individu melupakan keinginannya sendiri dan menerima nilai-nilai dominan sebagai pikiran mereka. Sebagai contoh bahwa pada realitas sosial pikiran mereka telah dikonstruksi adalah seseorang berpikir bahwa belajar di perguruan tinggi adalah hal yang benar dan langkah penting dalam kehidupan. Kemudian literatur, mungkin akan dipandang sebagai sesuatu yang menguatkan nilai-nilai dominan dan adakalanya mempertanyakannya. Sebagai contoh, para penulis perempuan tentang fiksi sentimentil pada abad ke-19 menggunakan konvensi naratif tertentu untuk menguatkan nilai-nilai dominan, sementara penulis seperti Jane Austen menggunakan konvensi yang sama untuk mengikis nilai-nilai dominan serupa.

Louis Althusser
Teoritikus Perancis, Louis Althusser mempertimbangkan hubungan antara literatur dan ideologi. Baginya, hal ini juga meliputi pemahaman tentang hegemoni. Althusser menyatakan bahwa ideologi dan hegemoni—seperti halnya literatur—memperlihatkan suatu versi konstruksi realitas, di mana tidak merefleksikan kondisi aktual kehidupan. Jadi, literatur disamping tidak hanya menggambarkan ideologi, namun juga dapat direduksi menjadi bagian dari ideologi. Literatur mungkin dapat diposisikan di dalam ideologi, tetapi juga terdapat jarak antarkeduanya. Hal sedemikian dengan membiarkan pembaca itu untuk memperoleh suatu kesadaran ideologis di mana ia disandarkan. Sebagai contoh, sebuah novel boleh menampilkan dunia dengan segala cara untuk mendukung ideologi- ideologi dominan. Dan sebagai karya fiksi, ia juga harus menampilkan ideologi tersebut. Jadi, sekali lagi, meskipun literatur tidak dapat menrubah masyarakat, ia dapat menjadi bagian dari suatu perubahan.

Konsep Sentral Marxis
Walaupun para kritisi Marxis telah menafsirkan Teori Marx dalam cara berbeda, sebagai Marxis mereka akhirnya tetap kembali pada beberapa konsep sentral Marx: gagasan tentang keadaan sosial mempengaruhi kesadaran, dan sistem dasar atau bentuk superstruktur. contohnya, Kritikus Inggris, Raymond Williams menggunakan beberapa istilah sebagai budaya peninggalan dan budaya berkembang untuk merubah sistem dasar atau bentuk superstruktur, bukan mempertanyakannya. Sepintas, istilah-istilah seperti hegemoni, yang bukan bagian dari Teori Marx, digunakan kritikus untuk memenuhi aplikasi Konsep Marxis yang lebih besar.
Marxisme dan Literatur
Kritik sastra Marxis lebih cenderung pada tekanan-tekanan dan kontradiksi di dalam karya sastra. Hal Ini sesuai sebab Marxisme pada awalnya dirumuskan untuk menganalisa suatu tekanan dan pertentangan di dalam masyarakat. Kritik sastra Marxis juga memandang literatur sangat dekat terhubung dengan kekuatan sosial dan analisa mereka atas literatur yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan sosial paling besar. Sejak Marxisme sebagai sistem kepercayan yang dapat digunakan untuk analisa masyarakat pada tingkat level paling besar dan terperinci, Kritik sastra Marxis sejatinya adalah bagian dari upaya dan usaha besar untuk membongkar bagian dalm masyarakat.

Marxisme dan Teori Lain
Kritik sastra Marxis dapat dianggap sebagai reaksi pada teori-teori rigid para New Critics (Kritisi Baru). Tidak seperti mereka, yang memandang teks sebagai kesatuan yang utuh, Marxis secara umum memusatkan pada tensi (ketegangan) yang tak terpecahkan dalam karya literatur.
Walaupun kritik Marxis sama-sama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kritik Strukturalis dan kritik post-strukturalis, ia sangatlah berbeda di dalam penolakan untuk memisahkan literatur dan bahasa dari masyarakat. Krtitk Marxis adalah materialis, karena itu ia lebih umum dengan teori yang berpusat pada bagaimana fungsi literatur di dalam sosial, politik dan strukutr ekonomi dibandingkan dengan teori yang hanya bertumpu pada teks. Kritik Marxis mempunyai pengaruh besar pada feminisme, historisisme baru, dan cultural studies (studi kultural).
Sebagai sistem yang mencari sebab di bawah permukaan masyarakat, kritik Marxis mempunyai kesamaan secara umum dengan kritik psikoanalisa. Faktanya, adalah kemungkinan untuk membuat perbandingan tajam antara corak Dasar dan Superstruktur Marxis dan pemikiran Freudian tentang ketidaksadaran dan kesadaran.

Referensi
Eagleton, Terry. Marxism and Literary Criticism. London: Metheun Books, 1976.
Selden, Ramden. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory. Lexington: University Press of Kentucky, 1985.
Williams, Raymond. Marxism and Literatur. Oxford: Oxford University Press, 1977.

Posted in |

0 komentar: