Yoyo Surjakusumah FENOMENA KASTRASI LINGUISTIK DAN TRANSPOSISI DALAM TEKS TERJEMAHAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PEMBELAJARAN PENERJEMAHAN


Penelitian ini dilakukan untuk meneliti fenomena kastrasi linguistik dan fenomena
transposisi dalam teksterjemahan. Penelitian ini difokuskan untuk mencarijawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian berukut. 1). Bagaimana wujud kastrasi linguistik dan
transposisi dalam teks terjemahan? 2). Apa penyebab terjadinya fenomena kastrasi linguistik dan
transposisi? 3). Bagaimana cara pembelajar menerjemahkan teks bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia? 4). Adakah hubungan antara tingkat keterbacaan, berdasarkan rumus Fry dan rumus
Mac Laughlin, dengan fenomena kastrasi linguistik dan trasposisi? 5) Apa implikasinya bagi
pembelajaran penerjemahan?.
Dengan menggunakan pendekatan deskripsi terfokus (focused description) dan teknik
analisis struktur mikro (microsrtuctural) teks sumber, berbahasa Inggris, dan teks terjemahan,
berbahasa Indonesia, dibandingkan untuk menelusuri siasat-siasat penerjemahan yang digunakan
para penerjemah senior dalam upayanya untuk memindahkan amanat teks.
Empat teks terjemahan dipilih berdasarkan asumsi bahwa teks-teks tersebut bisa
dikategorikan sebagai hasil terjemahan yang baik. Dua teks terjemahan, bahkan, dilakukan oleh
dua ahli yang sesuai dengan bidangnya. Dua teks lainnya telah diterbitkan oleh penerbit yang
memiliki citra yang baik dalam bidangnya. Keempat teks (korpus) terjemahan itu seluruhnya
berjumlah 1.398 paragraf. Setiap paragraf teks terjemahan diperbandingkan dengan teks asli
dengan menggunakan analisis struktur mikro yang difokuskan pada dua fenomena, yaitu
fenomena kastrasi linguistik dan fenomena transposisi. Sejumlah paragraf yang diterjemahkan
oleh para pembelajar juga dianalisis untuk mengetahui cara atau siasat penerjemahan yang
mereka gunakan.
Teori yang melandasi penelitian teks terjemahan ini adalah,....the scene of linguistik
castration-which is nothing other then a scene of impossible but unavoidable translation and
normally takes place out of sight – is played on center stage (Jonson, 1985 dalam Gentzler,
1993: 195 dan ...”they resort to shifts precisely because they are attempting to render faithfully
the content of the original despite the differences between the languages” (Popovic, 1970 dalam
Gentzler, 1993:86).
Dalam penelitian ini, kastrasi linguistik dan transposisi digunakan para penerjemah dalam
jumlah yang cukup signifikan. Fenomena kastrasi linguistik terjadi pada tataran kata, frase,
klausa. Sedangkan fenomena transposisi terjadi pada tataran kata. Frasa, klausa dan kalimat.
Akibat dari penggunaan kastrasi linguistik dan transposisi unsur-unsur sintatik tersebut kalimat
terjemahan menjadi lebih baik dan lebih enak dibaca tanpa mengorbankan amanat teks. Kedua
fenomena tersebut adalah perwujudan dari norma bahasa sumber dan bahasa sasaran yang harus
diikuti para penerjemah sebagai pedoman agar teks terjemahannya lebih alami.
Dari temuan ini terbukti kastrasi linguistik dan transposisi merupakan siasat
penerjemahan yang efektif dan efisien untuk mempercepat proses penerjemahan. Penelitian
sejenis dengan jumlah sampel yang lebih besar dan jenis teks yang lain perlu dilakukan untuk
mendukung atau menolaktemuan dari penelitian ini

http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/DISERTASI/PENDIDIKAN_BAHASA_INDONESIA/Yoyo_Surjakusumah_FENOMENA_KASTRASI_LINGUISTIK_DAN_TRANSPOSISI_DALAM_TEKS_TERJEMAHAN_DAN_IMPLIKASINYA_BAGI_PEM.pdf

Posted in |

0 komentar: